Tiga Peran Dan Sepuluh Sifat Kepemimpinan

Tiga Peran Dan Sepuluh Sifat Kepemimpinan
Tiga Peran Dan Sepuluh Sifat Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah fondasi terpenting suatu organisasi. Teknik kepemimpinan adalah teknik  bagaimana seseorang dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang lain, teknik  bagaimana membuat orang lain mau belajar dan bekerja ekstra dengan ikhlas. Banyak orang berpendapat bahwa  kemampuan memimpin berhubungan dengan bakat, tetapi sebenarnya, kepemimpinan adalah keterampilan yang perlu dilatih, bukan hanya dipelajari ilmu dan teorinya saja.

tiga peran dan sepuluh sifat kepemimpinanDi dalam sebuah organisasi, apakah perusahaan atau keluarga yang kita pimpin, selalu ada masalah tentang pemimpin, dan yang dipimpin. Tanpa adanya pemimpin dalam suatu organisasi, tentu jalannya organisasi tersebut menjadi kacau balau, dalam artian tidak ada arah tertentu.

Di sini peran pemimpin menjadi sangat penting. Ada hal-hal yang sangat mendasar yang harus dipahami oleh seorang pemimpin, ketika dia membawa organisasinya, seberapapun kecilnya organisasinya itu, untuk menuju pada arah atau tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sebagai pemimpin perlu memahami tiga peran sebagai seorang pemimpin, yaitu :

1. Amadangi ( Penerang )

Seorang pemimpin harus mampu menjadi dan memberikan penerangan bagi yang dipimpinnya. Dia harus mampu berperan sebagai inspirator dan motivator. Dengan kemampuan ini, dia akan bisa membuat organisasinya bergerak tanpa harus diperintah lagi, namun tetap dalam koridor nilai-nilai yang  benar.

2. Amuladani ( Teladan, Panutan )

Seorang pemimpin akan mampu menjadi panutan karena orang-orang yang dipimpinnya memiliki rasa hormat (respect) pada dirinya sebagai pribadi. Hal ini membuat dia disegani, bukan ditakuti. Dengan demikian perilakunya menjadi acuan dan diikuti oleh orang-orang yang dipimpinnya dengan sukarela dan tulus, karena diyakini sebagai perilaku yang baik, bukan karena adanya motif  lainnya baik material ataupun agar mendapat pujian dari orang lain atau dari pemimpinnya. Untuk dapat menjadi panutan, seorang pemimpin harus memiliki nilai-nilai yang jelas yang diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya sebagai sesuatu yang baik / benar. Kualitas yang tinggi sebagai manusia dari sang pemimpin lah yang membuat orang-orang yang berada dalam kepemimpinannya akan menjadikannya sebagi panutan, atau idolanya.

3. Angayomi ( Pelindung)

Seorang pemimpin harus mampu memberikan perlindungan kepada orang-orang yang di pimpinnya, termasuk memberikan rasa aman. Untuk itulah seorang pemimpin harus memiliki kekuatan ( power ) yang dapat membuatnya mampu berperan sebagai pelindung. Artinya pemimpin bukanlah seorang yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan ( walau hanya sekedar sebagai orang baik ). Peran sebagai pelindung juga dapat diartikan seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luas dan kopetensi yang di butuhkan yang dapat membuat dirinya memberikan dan membangun rasa aman pada orang-orang yang di pimpinnya katakanlah terhadap bahaya yang akan datang. Hal ini dapat dilakukannya karena dia memiliki kemampuan antisipatif karena kompetensinya yang memberikan rasa aman dan memberikan perlindungan terhadap orang-orang yang dipimpinnya.

Untuk dapat melakukan tiga peran tersebut dengan baik, setiap pemimpin di tuntut memiliki sepuluh sifat kepemimpinan yang efektif / berhasil, yaitu :
  • Araja ( raja )
    Sifat yang membuat seorang pemimpin tidak tampil di depan, bukan pula mengekor dibelakang. Tampil di depan dalam arti mengendalikan situasi, bukan sebaliknya. Sifat sebagai raja yang baik yang membuat dirinya disegani oleh rakyatnya dan apa perintahnya akan dilaksanakan dengan baik.
  • Andaru ( Berwibawa )
    Sebagai  seorang pemimpin tidak boleh tampil dalam perilaku yang murahan dan tidak juga arogan. Dia tetap rendah hati tetapi tidak harus rendah diri ataupun sombong. Kata - kata yang diucapkannya dapat di jadikan pegangan. Dia tegas dalam bersikap dan tampil dengan penuh keyakinan diri.
  • Amerta (Kaya)
    Sebagai seorang pemimpin dia tidak mengejar harta atau niat dan tujuannya bukan untuk mengumpulkan harta. Dia tidak memerlukan itu lagi karena dia telah kaya yang tidak harus berupa materi yang melimpah tetapi dia di sebut secara mental sudah kaya. Karena dia tidak akan terkena salah satu kelemahan manusia yaitu harta. Secara materi dia berkecukupan yang memang menjadi relatif tetapi bila dia mendengarkan hati nuraninya dia akan tahu batasan berkecukupan tersebut yang membuatnya tidak menjadikan posisinya sebagai pemimpin menjadikan harta / materi sebagai salah satu tujuannya.
  • Ajaksa ( Adil )
    Ajaksa berarti seorang pemimpin harus memiliki sifat adil. Adil artinya melakukan sesuatu berdasarkan nilai-nilai spiritual yang di yakininya. Suatu nilai-nilai yang di landasi kejujuran, bersih dari kepentingan pribadi apapun dan dalam mengambil suatu keputusan benar-benar di dasarkan atas kajian yang objektif dengan niat baik ( hati nurani ). Karenanya semua tindakan ataupun keputusannya akan dapat diterima dengan baik oleh orang-orang yang dipimpinnya.
  • Alaras ( Selaras )
    Selaras artinya seorang pemimpin yang memiliki integritas tinggi, apa yang di pikirkannya, selaras dengan apa yang di ucapkannya dan selaras juga dengan apa yang dikerjakannya. Di samping itu juga dalam bertindak dia mampu menyelaraskan dengan lingkungan / alam yang artinya tidak merusak lingkungan ataupun merusak apa yang sudah berkembang di lingkungannya.
  • Aparna (Tekun)
    Sifat ini menggambarkan seorang pemimpin memiliki sifat tekun, daya juang yang tinggi, tidak mudah menyerah dan mampu berjuang untuk mempertahankan cita-cita atau gagasannya yang baik. Sifat seorang pemimpin yang memiliki belief yang kuat dan mampu menjawab pertanyaan kenapa dia melakukan apa yang dilakukannya. Seorang pemimpin bukan orang yang ikut-ikutan atau terbawa mode atau tren.
  • Apada (Pemersatu)
    Seorang pemimpin yang mampu sebagai pemersatu diantara perbedaan, selalu ingin adanya kesamaan “bahasa” antara dirinya dengan orang - orang yang di pimpinnya. Dengan perkataan lain dia memiliki sifat yang membuatnya mampu membangun di atas perbedaan ( building on differences ) bukan dengan paksaan tetapi dengan kesadaran dari orang-orang yang dipimpinnya.
  • Apura (Pemaaf)
    Seorang pemimpin selalu bisa memaafkan perbuatan orang lain yang salah, bukan seorang pendendam. Dia tidak membawa persoalan orang lain menjadi persoalan pribadi dirinya yang menimbulkan kebencian secara pribadi. Pemaaf bukan berarti sebagai orang yang dapat di sepelekan, melainkan seorang yang berbudi luhur.
  • Alodran (Perkasa)
    Seorang pemimpin harus tetap tegar, perkasa memilliki rasa keyakinan diri, dan mampu membangun keyakinan yang di pimpinnya dalam menghadapi segala rintangan, hambatan dan tantangan dalam mewujudkan cita-citanya.
  • Abaya (Angin)
    Seorang pemimpin ibarat angin, bisa masuk ke segala lini, tidak membedakan suku, agama, ras, tidak membedakan tingkat perekonomian masyarakat, baik ekonomi lemah hingga tingkat perekonomian atas.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tiga Peran Dan Sepuluh Sifat Kepemimpinan"

Posting Komentar